Manusia Akan Hilang. Cerita Abadi Lewat Tulisan

Jumat, 19 Desember 2014

On 12.21 by Jejakpena in    2 comments
Sebut saja Ali, dia sangat mencintai Ningsih. Setelah dua tahun berpacaran rupanya kantor menugaskan dinas keluar negeri... ke Gabon. Ningsih mendengar kabar itu dengan senang bercampur sedih. Senang, karena akhirnya Ali mendapat promosi jabatan dan naik secara finansial. Tapi, dia juga sedih karena harus berpisah jauh dengan Ali. Ali akan menjalani LDR ( Lelah Disiksa Rindu ) dengan Ningsih. Hal itu berarti Ali harus mempersiapkan hati sekuat baja dan kesabaran setebal tembok Cina.

 
“Ningsih, aku akan pergi jauh.”
“Iya, Bang. Aku juga tak sanggup melepasmu pergi.”

Kemudian mereka berpelukan sangat erat di bandara, kayak biskuit oreo. Ningsih yang ke mana-mana selalu diantar dan dijemput oleh Ali merasa kehilangan tukang ojek langganan. Ali dengan jaket kulit hitam yang sudah mengelupas pun harus menghadapi kenyataan ini.

“Ningsih, ini jaket abang satu-satunya. Simpan ya layaknya hati abang.”
“Berarti hati abang udah jelek, dong.”
“Nggak apa-apa, jelek-jelek sayangnya sepenuh hati.”

Ningsih tersipu malu sambil menggerak - gerakkan ekornya. Ekor matanya. Ningsih yang suka menghangatkan Alii selama ini pun tak mau kalah memberikan cinderamata. Belum sempat Alii menarik napas, Ningsih mendekapnya. Kemudian kedua tanganya menyusup ke balik bajunya. Menyentuh punggungnya.

“Ini akan menghangatkanmu di perjalanan.”
 “Terima kasih, Ningsih.”

Ningsih masih mengusap-usap punggung Supri untuk kali terakhir. Semakin lama dekapan pun semakin erat.

“Rasanya, kini jadi panas ya, Ningsih.”
 “Iya, Bang.”

Hidung Supri mulai menghirup aroma ganjil dan terlihat tak nyaman. Dia meregangkan pelukan Ningsih.

“Abang malu ya, dilihatin banyak orang di bandara seperti ini.”
“Bukan, pelukan kamu biasanya hangat. Sekarang terasa panas membakar kulitku.”
“Iya, bang biar awet selama di jalan.”
“Emang, kamu pake apa, Ningsih?”
“Balsem hot, Bang.”
“Cukup, Ningsih.”

Mereka kemudian berdiri saling berhadapan. Di bandara, ruang tunggu. Mereka seakan ingin membekukan waktu. Detik jam terasa begitu cepat seperti kilatan pesawat jet.

“Semoga pesawatnya delay,” ucap Ali dalam hati.

Ada keheningan tercipta. Ningsih menyentuh pipi Ali dengan lembut. Mata Ali berkaca-kaca. Bening Kristal itu tak sanggup dibendungnya.

“Kamu jangan bersedih meninggalkanku, Ali.”

Alii masih terisak. Bulir bening itu akhirnya menetes. Getir itu tergambar jelas di raut  wajah Ali. Ningsih semakin lembut mengusap pipi Ali.

“Abang harus kuat, ya.”Ali mengangkat dagu. Disedotnya cairan bening yang mulai menggumpal di lobang hidungnya.
“Panas, Ningsih. Tanganmu bekas balsam panas!”
“oh… oh, maaf, Bang.” 

Ali pun mengusap sisa air mata dengan lengannya. Lalu lalang orang di ruang tunggu semakin sepi. Satu per satu masuk ke dalam pesawat. Ini adalah momen mengharukan melapaskan pergi seseorang yang begitu dicintai.
“Abang jangan lupa ngabarin aku, ya.”

Supri hanya menggangguk lemas.

“Ingat, Bang. Chat aku harus dibalas. Sudah cukup cintaku dulu pernah tak kau balas.”
Ali menggangguk cepat. Kemudian hening lagi. Tangan Ningsi menggenggam Supri, menggenapkan sela jemari dengan erat. Seolah jabatan tangan terakhir kalinya.

“Abang, boleh kau memenuhi permintaanku?”
“Apa saja, boleh untukmu Ningsih.”
“Aku mau ngupil, tapi tanganku bekas balsam. Bolehkah aku meminjam jarimu untuk mengupil?”

Supri langsung tari saman. Kemudian dia duduk di antara dua sujud cukup lama. Ningsih pun mengurungkan permintaan itu.

“Aku cuma minta kamu setia, Abang.”
“Baik, aku pegang janji dan amanat untuk setia kepadamu.
“Kita seperti adegan AADC di bandara ya.”

Supri hanya tersenyum simpul. Tak lama kemudian, panggilan untuk memasuki kabin pesawat mulai terdengar, dengan kilatan yang mulai memenuhi mata, Ali melepaskan genggaman Ningsih dan bergegas menuju kabin pesawat. 

TO BE CONTINUE . . .

2 komentar:

  1. daripada pacaran mendingan nikah aja.. pacaran menyiksa rindu. kalo nikah ga usah khawatir. hehehe..

    kunjungi blog saya ya haditsline.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Wah ada kaka tingkat, jadi gak enak :D siap Kang ^^

    BalasHapus