Sabtu, 14 November 2015
On 18.57 by Jejakpena in About You No comments
![]() |
Sumber : tumblr.com |
Satu hal yang membuat kita tetap menanti seseorang adalah harapan. Perasaan yang tak pernah lelah meski seringkali dihajar kalah. Berkali – kali didera luka dan kecewa. Namun memilih untuk tetap ada. Bahkan saat kau bunuh dengan sangat kejam, perasaan itu masih saja bertahan. Sakit bukanlah hal yang harus dijelaskan. Hanya saja, ada yang lebih kuat yang tak mampu untuk dijabarkan. Sesuatu yang tak tampak, namun membuat bertahan, meski terancam dicampakan. Membuat tak ingin berhenti meski sesak memenuhi ruang hati. Orang – orang barangkali menyebutnya cinta buta. Namun kau percaya, itulah yang disebut cinta.
Kau percaya tidak ada cinta yang buta. Yang ada hanyalah perasaan dengan kadar keyakinan. Dan kau terlalu meyakini bahwa cinta yang ada di dadamu tak bisa kau bunuh mati. Berkali – kali kau coba lari, lalu tersadar kau tak pernah benar – benar mampu untuk pergi. Sebab yang kau bawa hanyalah tubuh dan pikiranmu saja, sementara perasaan dan hatimu menetap pada seseorang yang selalu kau rindu. Pernah juga kau paksakan untuk membunuh hatimu dengan membuka hati pada orang baru. Namun hasilnya percuma saja. Ada satu hal yang kau lupa, bahwa semakin kau melupakan seseorang dengan mulai mencintai orang baru, kau sedang memaksakan sesuatu yang lebih keras dari batu. Ingatan dan perasaan bukanlah sesuatu yang bisa kau bunuh dengan cara melupakan.
Harusnya kau pahami sebuah hal. Rindu bisa membunuhmu hanya dengan ingatan. Kau bisa kuat dan seolah tak apa – apa. Bisa saja menyamarkan wajah pada segala sesuatu yang ada disekitarmu. Bisa tersenyum. Bisa seolah – olah kau telah lepas dari segalanya. Namun apa yang bisa kau lakukan jika jiwamu masih saja belum melepaskan. Satu hal yang sering dilupakan oleh orang – orang yang berusaha melupakan. Bahwa tidak ada satu hal pun yang benar – benar bisa dilupakan. Kau tidak pernah bisa membohongi dirimu sendiri. Bahwa ada seseorang yang dengan kejam kau bunuh berkali – kali. Lalu dengan mudah, ingatan membawanya kembali.
Sekarang coba kau tanyakan pada dirimu. Apakah bagimu kita adalah sesuatu yang harus kau bunuh ? bukankah semakin kau bunuh semakin dia tumbuh ? bukankah selama ini kita terus saja menusukan pisau berkali – kali ke dada, namun yang ada hanya terkapar menahan sengsara. Kita mencoba saling membunuh, namun tak pernah benar – benar mati. Kau dan aku tetap saja tak mampu membohongi diri. Sudahlah, jangan bersikeras dengan tidak menyerah. Peluklah aku, aku peluk kesedihanmu. Kita sudahi usaha saling meninggalkan ini. Biarlah semesta yang menentukan kisah ini. Semoga segala yang terasa semesta menjadi sesuatu yang menjadikan kita semestinya.
Kau percaya tidak ada cinta yang buta. Yang ada hanyalah perasaan dengan kadar keyakinan. Dan kau terlalu meyakini bahwa cinta yang ada di dadamu tak bisa kau bunuh mati. Berkali – kali kau coba lari, lalu tersadar kau tak pernah benar – benar mampu untuk pergi. Sebab yang kau bawa hanyalah tubuh dan pikiranmu saja, sementara perasaan dan hatimu menetap pada seseorang yang selalu kau rindu. Pernah juga kau paksakan untuk membunuh hatimu dengan membuka hati pada orang baru. Namun hasilnya percuma saja. Ada satu hal yang kau lupa, bahwa semakin kau melupakan seseorang dengan mulai mencintai orang baru, kau sedang memaksakan sesuatu yang lebih keras dari batu. Ingatan dan perasaan bukanlah sesuatu yang bisa kau bunuh dengan cara melupakan.
Harusnya kau pahami sebuah hal. Rindu bisa membunuhmu hanya dengan ingatan. Kau bisa kuat dan seolah tak apa – apa. Bisa saja menyamarkan wajah pada segala sesuatu yang ada disekitarmu. Bisa tersenyum. Bisa seolah – olah kau telah lepas dari segalanya. Namun apa yang bisa kau lakukan jika jiwamu masih saja belum melepaskan. Satu hal yang sering dilupakan oleh orang – orang yang berusaha melupakan. Bahwa tidak ada satu hal pun yang benar – benar bisa dilupakan. Kau tidak pernah bisa membohongi dirimu sendiri. Bahwa ada seseorang yang dengan kejam kau bunuh berkali – kali. Lalu dengan mudah, ingatan membawanya kembali.
Sekarang coba kau tanyakan pada dirimu. Apakah bagimu kita adalah sesuatu yang harus kau bunuh ? bukankah semakin kau bunuh semakin dia tumbuh ? bukankah selama ini kita terus saja menusukan pisau berkali – kali ke dada, namun yang ada hanya terkapar menahan sengsara. Kita mencoba saling membunuh, namun tak pernah benar – benar mati. Kau dan aku tetap saja tak mampu membohongi diri. Sudahlah, jangan bersikeras dengan tidak menyerah. Peluklah aku, aku peluk kesedihanmu. Kita sudahi usaha saling meninggalkan ini. Biarlah semesta yang menentukan kisah ini. Semoga segala yang terasa semesta menjadi sesuatu yang menjadikan kita semestinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Nyari Apa Kaka
Best Picture
Paling Banyak di Baca
-
"Hormat karena segan itu lebih baik dibanding hormat karena takut. Karena orang takut itu cuma hormat di depanmu, dia siap menusukm...
-
“Gimana Tom, gue harus lanjut gak sama dia ?” “Ya terserah” “Ko terserah doang sih ? kasih masukan atuh !!!” “Ya lu maunya gimana ?” “Gua ...
-
Izinkan aku untuk menutup mata sejenak. Melupakan segala hal yang membuat sakit, mencipta sungai di ujung kelopak mata, melukis guratan ge...
-
Ini adalah tulisan kesekian yang aku buat, dan akan menjadi tulisan terakhirku untuk mu, entah berapa banyak tulisan ku yang telah kau bac...
-
Aku harap kau bisa membaca tulisan ini. Aku harap kau bisa mengerti tulisan ini. Dan aku harap kau tahu bagaimana keadaan ku saat ini....
Fans Page Sesat
Follow Gue !
Sangalay.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar